BULETIN MI NU HIDAYATUN NAJAH EDISI JUNI 2025

Remaja sebagai agen perubahan dan penentu masa depan bangsa

Pancasila, sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia, memiliki peran krusial dalam membentuk karakter generasi muda. Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, remaja saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang dapat memengaruhi pemahaman dan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Era digital membawa perubahan signifikan dalam cara remaja berinteraksi, belajar, dan memperoleh informasi. Media sosial, internet, dan platform digital lainnya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Di satu sisi, ini adalah peluang besar untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila secara lebih luas dan interaktif. Konten-konten kreatif yang mengedukasi tentang toleransi, gotong royong, dan persatuan dapat dengan mudah diakses dan dibagikan.

Namun, di sisi lain, remaja juga rentan terhadap penyebaran informasi hoaks, ujaran kebencian, dan ideologi-ideologi transnasional yang bertentangan dengan Pancasila. Paparan konten negatif yang terus-menerus dapat mengikis rasa nasionalisme, semangat persatuan, dan bahkan memicu konflik sosial. Fenomena individualisme dan konsumerisme juga menjadi tantangan yang perlu diwaspadai, mengingat Pancasila mengajarkan nilai kebersamaan dan keadilan sosial.

Meskipun dihadapkan pada tantangan, nilai-nilai Pancasila tetap relevan dan esensial bagi remaja. Adapun penjabaran nilai-nilai Pancasila sebagai berikut:

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Mengajarkan pentingnya dimensi spiritual dan moral dalam menghadapi berbagai godaan duniawi. Ini membantu remaja mengembangkan etika dan integritas diri.
  2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Mendorong remaja untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia, menghargai perbedaan, dan memiliki empati terhadap sesama. Di era digital, ini berarti memerangi perundungan siber (cyberbullying) dan menyebarkan konten positif.
  3. Persatuan Indonesia: Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan semangat kebersamaan. Remaja perlu memahami bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan perpecahan. Kegiatan positif di media sosial yang menguatkan persatuan dapat menjadi contoh nyata.
  4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan: Mengajarkan pentingnya demokrasi, dialog, dan pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat. Remaja didorong untuk berpikir kritis, menyampaikan pendapat secara konstruktif, dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
  5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia : Mendorong remaja untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungan sosial, berempati terhadap sesama, dan berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera.

Membangun kesadaran dan pemahaman Pancasila pada remaja bukanlah tanggung jawab satu pihak saja. Keluarga menjadi fondasi utama penanaman nilai-nilai Pancasila sejak dini melalui teladan dan pembiasaan. Sedangkan di sekolah, Kurikulum pendidikan harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila secara kontekstual dan menarik, tidak hanya sebagai hafalan, tetapi sebagai pedoman hidup.

Remaja adalah agen perubahan dan penentu masa depan bangsa. Dengan pemahaman dan penghayatan Pancasila yang kuat, mereka akan menjadi generasi yang berkarakter, berintegritas, toleran, dan siap menghadapi tantangan zaman. Pendidikan Pancasila bukan hanya tentang mengajarkan ideologi, tetapi juga membentuk identitas diri yang kokoh sebagai bangsa Indonesia, yang mampu bersaing di era global tanpa kehilangan jati diri.

Mari bersama-sama membimbing remaja untuk menjadikan Pancasila sebagai kompas moral dalam setiap langkah mereka, memastikan Indonesia terus berdiri tegak dengan fondasi yang kuat di masa depan.

 

Penulis : Anggi Dista Artasari, S.Pd.

Editor : Dian Efendi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *